Viral di Binjai, Bocah 9 Tahun Putus Sekolah Demi Mencari Nafkah Hidup Keluarganya 

admin dirma
admin dirma
3 Min Read

BINJAI – Bagi kebanyakan anak-anak lainnya, usia 9 tahun adalah masa dimana anak-anak masih asyik bermain dengan teman-temannya di sekolah. Namun tidak sama halnya bagi JP seorang pencari botot. Di usianya yang masih belia, bocah laki-laki itu justru sudah harus merasakan getirnya kehidupan. 

“Nggak sekolah lagi om, karena harus nyari botot,” kata bocah tersebut saat ditanyai wartawan, Kamis (17/2/2022) siang.

Ceritanya berawal saat JP tanpa sengaja bertemu dengan rekan-rekan wartawan. Dia dipanggil dan ditanyain wartawan yang merasa heran melihat JP membawa karung goni berisi botot mondar-mandir di persimpangan Jalan Ahmad Yani, Kel. Kartini, Kec. Binjai Kota. 

Barulah diketahui kalau JP adalah anak putus sekolah. Dia harus bekerja mencari botot untuk menghidupi ibu dan saudara kandungnya. JP sendiri adalah anak ketiga dari 5 bersaudara.

“Mamak lagi sakit di rumah om,” ujarnya. 

Selama ini diketahui kalau JP tinggal bersama ibu dan empat saudara kandung lainnya di sebuah rumah kecil di Jalan perwira Lingk V, Kel. Satria, Kec. Binjai Kota. Karena penasaran, wartawan pun coba untuk menemui keluarga dari bocah malang tersebut. 

“Terpaksa kuajak anak-anakku nyari botot bang untuk buat makan kami,” kata Marisa Br Sinaga, ibu kandung bocah tersebut. 

Dijelaskan Marisa selama ini mereka hidup dalam kesusahan karena suaminya sudah tidak mau lagi peduli. Kadang mereka pun harus makan tak makan.

“Hasil dari botot pun kadang nggak cukup buat makan bang, kadang kami makan nasi pakai garam sama air,” ujarnya. 

Marisa mengatakan hasil botot yang mereka cari dalam waktu seminggu hanya laku terjual Rp. 70 ribu. Uang itu lah yang dipakai buat makan keluarga ini.

“Satu pun anakku tidak ada yang bersekolah bang karena jangankan untuk biaya sekolah buat makan sehari-hari aja kami kesulitan,” ucapnya. 

Marisa menceritakan dia dan anak-anaknya baru bisa makan daging kalau dapat bontot atau punjungan makanan dari tetangga.

“Nasi bontot itu lah yang kami bagi makan bertempat bang,” ujarnya. 

Marisa sangat berharap adanya bantuan dari pemerintah untuk memudahkannya dalam mengurus KK (Kartu Keluarga). Karena selama ini Marisa belum memiliki KK.

“Maksudku cemana anakku bisa sekolah bang, suamiku gak memperdulikan kami,” ujarnya. (bay)

Share this Article
Leave a comment