Pertunjukan Tarian Lompat Batu Etnis Nias Digelar di Binjai

admin dirma
admin dirma
5 Min Read

BINJAI – Beruntung warga Binjai yang hadir di acara pelestarian budaya daerah yang digelar oleh Masyarakat Nias Binjai dan Sekitarnya (PMN-BS) di Jalan Soekarno Hatta KM 19,9, Kel. Tanah Tinggi, Kec. Binjai Timur, Kota Binjai, Jumat (29/10/2021) siang. Pasalnya, di acara tersebut mereka dapat menyaksikan Tarian Lompat Batu atau oleh warga etnis Nias biasa disebut dengan tarian Fahombo atau Hombo Batu yang sudah terkenal hingga ke mancanegara.

Turut hadir di acara tersebut, Ketua DPRD Binjai, Noor Sri Syah Alam Putra, Kepala Kesbangpol Linmas Pemko Binjai, Tengku Syarifuddin, Ketua Forum Pembaruan Kebangsaan (FPK) Kota Binjai, Mahyadi Chaniago dan Ketua Etnis Nias, Yatafati Telaumbanua.

Prosesi acara dibuka oleh tarian penyambutan (Tari Moyo) yang dibawakan oleh gadis-gadis cantik etnis Nias. Dalam tarian tersebut para tamu undangan disuguhkan persembahan sekapur sirih sebagai tanda kehormatan. Menariknya, para tamu juga dipersilahkan mencicipi ketupat sebagai makanan kebesaran (khas) warga etnis Nias.

Para tamu undangan juga disuguhkan beberapa tarian tradisional etnis Nias lainnya. Seperti tari maena dan terakhir ditutup dengan pertunjukan tarian lompat batu yang sangat fenomenal.

“Tarian lompat batu ini dalam sejarahnya muncul ketika jaman perang dahulu. Jadi seorang pemuda yang ingin berperang diharuskan bisa melompati batu setinggi itu terlebih dahulu. Kalau bisa barulah bisa dia dianggap dewasa dan boleh ikut berperang. Nah sejak itulah lahir yang namanya tarian Lompat Batu ini dan terus dilestarikan sampai sekarang,” jelas Ketua Masyarakat Nias Binjai dan Sekitarnya (PMN-BS) Amanan Gea didampingi Sekretarisnya Arojato Batee SH.

Dalam sambutannya di acara tersebut, Ketua DPRD Binjai, Noor Sri Syah Alam Putra mengaku cukup senang atas sambutan yang luar biasa dari masyarakat etnis Nias Binjai dan sekitarnya. Hal ini menunjukkan kalau etnis Nias memang sangat menghargai tamu atau masyarakat lain yang datang berkunjung.

“Kami bersama pemerintah disini telah berkunjung ke beberapa etnis. Dan ini adalah etnis kelima yang kami datangi. Tujuannya kami ingin melihat sampai sejauh mana 18 etnis yang ada di Binjai ini dalam melakukan kegiatan seni budayanya, kami ingin menyaksikan langsung dan ingin melihat seni budaya masing-masing etnis,” ujarnya.

Ketua DPRD berharap kepada masyarakat etnis Nias agar dapat lebih meningkatkan lagi pertunjukan seni budaya dari etnis Nias di Kota Binjai. Sehingga warga Binjai bisa ikut menikmati pertunjukan seni budaya etnis Nias yang begitu mempesona.

“Di masa yang akan datang saya berjanji akan menganggarkan lebih banyak lagi untuk kemajuan seni budaya etnis Nias yang ada di Binjai ini. Semoga dengan bergabungnya etnis Nias di Forum Pembaruan Kebangsaan (FPK) Kota Binjai, maka kerukunan antar etnis di Kota Binjai dapat terus terpelihara dan masyarakat Nias yang ada di Binjai ini juga bisa ikut memberikan kontribusi terbaik untuk mendukung pembangunan yang ada di Binjai,” harapnya.

Hal senada juga disampaikan, Kepala Kesbangpol Tengku Syarifuddin. Beliau berharap masyarakat Nias yang ada di Binjai dapat terus menjalin kerukunan antar etnis, sehingga tidak terjadi gesekan-gesekan yang membuat Binjai menjadi tidak kondusif.

“Etnis yang ada di Binjai seluruhnya ada 18 etnis. Dan yang terakhir terdata adalah etnis Ambon,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua Etnis Nias, Yatafati Telaumbanua mengaku cukup terharu dengan kedatangan tamu-tamu dari pemerintah Kota Binjai ke tempat mereka. Karena selama ini belum pernah ada pejabat yang datang kesini.

“Jadi prinsip kami, dimana tanah dipijak disitulah langit dijunjung. Jadi artinya bapak-bapak disinilah yang sekarang menjadi saudara kami, para orang tua kami. Dan kami senang bapak-bapak para orang tua, sudah mau melihat kami sebagai anaknya,” katanya.

Yatafati Telaumbanua menjelaskan selama ini masyarakat etnis Nias di Binjai yang kini berjumlah lebih kurang 700 KK hanya menjadikan kantor sekretariat inilah sebagai tempat acara persatuan mereka. Selain terasa sempit, ruko yang dijadikan kantor sekretariat ini juga masih berstatus sewa.

“Jadi di ruko ini sendiri kami masih menyewa pak. Jadi kalau boleh mohonlah perhatian dari pemerintah untuk menyediakan tempat baru sama kami. Supaya kami bisa punya rumah adat sendiri tempat kami berkumpul,” ucapnya.(bay)

Share this Article
Leave a comment