Penenun Selendang Uis Karo di Binjai

admin dirma
admin dirma
3 Min Read

BINJAI – Situasi pandemi Covid19 mengakibatkan banyak sektor usaha menjadi lesu. Salah satunya usaha dari para penenun Ulos Karo atau yang lebih dikenal dengan sebutan kain selendang Uis Karo.

Hal itu disampaikan Ketua Kelompok Penenun Uis Karo, Karya Bunda, Ade Fitri, Senin (18/10/2021) siang. Menurutnya, sejak pemerintah memberlakukan larangan menggelar pesta, secara otomatis permintaan Uis Karo juga menjadi berkurang.

“Biasanya banyak permintaan Uis Karo kalau ada pesta-pesta besar. Tapi sejak ada larangan menggelar pesta-pesta otomatis permintaan jadi berkurang,” ucapnya.

Pun begitu, kata Ade Fitri, melalui kelompok usaha Karya Bunda, usaha para penenun Uis Karo kini mulai bergeliat kembali. Setelah, pihak pemerintah mulai melonggarkan aturan PPKM dengan memperbolehkan digelarnya pesta adat.

“Semoga dengan mulai diperbolehkan digelarnya pesta-pesta kembali, maka permintaan Uis Karo kembali normal,” ujarnya.

Dijelaskannya, para penenun Uis Karo yang tergabung di Karya Bunda kini berjumlah 25 orang. Uniknya, para penenun Uis Karo disini seluruhnya berasal dari Suku Batak.

“Harga selendang Uis Karo ini kalau dijual di pasaran bervariasi, tergantung bahan, motif sama tingkat kesulitan proses pembuatannya,” ucapnya.

Untuk yang paling mahal Uis Karo berbahan sutra bisa dijual seharga Rp 4,5 juta. Dan yang paling murah dijual Rp 200 ribu.

“Untuk bahannya kita pesan dari Kaban Jahe dan Pancur Batu. Dan penjualannya masih sekitar Sumatera Utara serta ada juga kita jual secara online,” sebutnya.

Kata Ade, setiap penenun bisa menghasilkan 3 sampai 4 lembar Uis Karo per dua minggunya. Tergantung tingkat kesulitan proses pembuatannya.

“Proses membuatnya mulai dasar yaitu benangnya di kanji terlebih dahulu, lalu di jemur dan di torha. Kemudian di ani dulu terus di putik atau dibuat motifnya. Barulah setelah itu di tenun,” katanya.

Menurut Ade, untuk pemasaran para penenun Uis Karo tidak pernah khawatir bersaing dengan usaha konveksi. Karena justru banyak para pembeli yang menginginkan Uis Karo asli dari hasil tenunan.

“Karena hasil tenunan lebih baik dari produk pabrikan. Karena hasilnya lebih rapi, lebih berat dan berkualitas,” sebutnya.

Penenun disini tidak hanya dilakukan oleh para wanita dewasa. Namun banyak juga gadis remaja yang kini mulai tertarik belajar menenun Uis Karo. Salah satunya adalah Nova Br Purba.

“Ini lagi belajar mengane atau merangkai benang sebelum di tenun,” ujar Nova.

Kain tradisional Uis Karo merupakan warisan asli dari para leluhur. Uis Karo digunakan secara turun temurun di acara adat tradisional masyarakat karo.

Teks Foto : Salah seorang penenun Uis Karo di Binjai tampak sedang menenun di alam terbuka karena belum memiliki tempat bertenun.(bay)

Share this Article
Leave a comment